1
BELAJAR BAHASA MADURA
Oleh : Poerwadi Djojonegoro
Oleh : Poerwadi Djojonegoro
I. PENDAHULUAN
1. Cikal bakal
Ayah lahir di Socah, sebuah desa sebelah baratdaya kota Bangkalan, pada tanggal 19 Oktober 1907. Terlahir dengan nama Abdoelmoetallib. Setelah dewasa dan mulai bekerja nama lengkap menjadi Raden Abdoelmoetallib Djojonegoro.
Pendidikan mulai HIS (Holland Inlandse School, sama dengan SD sekarang 1914-1921) di Pamekasan, Kweekschool (Sekolah Guru 1921-1925) di Probolinggo, Hogere Kweekshool (HKS 1925-1928) di Purwarejo.
Ibu Rr. Wartinah yang lahir di Jakarta pada tanggal 12 Nopember 1912
Ayah dan Ibu menikah di Purworejo, pada tanggal 1 Juli 1928
2. KELUARGA
Putra putri beliau adalah (Eselon I) :
2.1 R. Soedarso (Pamekasan 8 Desember 1931)
2.2. R. Soewarto (Pamekasan, 26 Maret 1933)
1940)
2.3. R. Wardiman (Pemekasan, 22 Juni 1934)
2.4. R. Poerwadi (Bandung 23 Juni 1936)
2.5. Rr Sri Moeljani (Pemalang, 14 Februari 1938)
2.6. R. Rahardjo Soegeng Soeprobo (Balikpapan 2 Desember
2.7. Rr. Indri Rezeki Amaniah (Pamekasan 28 Oktober 1945, Alm
5 Mei 2010)
2.8. R. Wahyuadi (Jember 3 Agustus 1947)
2.9 Hartiningsih (Surabaya 13 September 1949, Alm 11April
1995)
2.10. R. Bagianto (Yogyakarta 16 April 1952).
2.11 Rr Kurniawati Martiana (Surabaya 31 Maret 1955)
Sebetulnya sebelum Soedarso masih ada kakak no. 2.0 Abdoel Manan namanya, yang lahir dan meninggal di Sawahlunto,,dimana pada saat itu Ayah berada di Batusangkar, Sumetera Barat, sebagai guru HIS
1
-----------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------
2
1. PEMAKAIAN BAHASA MADURA DIRUMAH.
Bahasa Madura (BM), masih tetap menjadi bahasa ibu (pemakaian sehari-hari dirumah) meskipun Ayah dalam bertugas selalu berpindah ( tampak pada kelahiran Eselon I setelah no. I.2.2.3, yang ada di Jawa Barat (Bandung), Jawa Tengah (Pemalang), Kalimantan Timur (Balikpapan).
Ayah-Ibu kembali ke Pamekasan pada tahun 1943, pindah ke Jember pada tahun 1946, dan kemudian menetap di Surabaya mulai tahun 1949.
Tampaknya setelah menetap di Surabaya, meskipun bahasa ibu tetap masih BM , mulai adanya pemakaian bahasa sehari-hari dirumah Ambengan dengan bahasa Jawa.
Pemakaian bahasa ibu (BM) pada Keluarga-keluarga Eselon I, dapat dikatakan sama sekali tidak ada, karena dalam keluarga-keluarga tersebut yang dipakai sehari-hari umumnya adalah bahasa Indonesia atau bahasa Jawa.
Bagi keluarga Eselon I yang berdomisili di Surabaya, karena lingkungannya, masih mengerti dan bisa berbahasa Madura, tetapi bagi mereka bertempat tinggal diluar Surabaya/Jawa Timur, pengertian dan bisanya berbahasa madura dapat dikatakan 0.
3. Dengan uraian diatas, dapat dipastikan bahwa BM di lingkungan Keluarga besar Djojonegoro, yang dikenal sebagai Keluarga Orang Madura, dalam jangka panjang akan makin berkurang.
Oleh karena itu, perlu adanya revitalisasi untuk pada Keluarga Besar Djojonegoro ini agar dapat mengerti dan bisa berbahasa Madura.
II. POSISI BAHASA MADURA.
1. Posisi dan Fungsi
Bahasa Madura adalah bahasa daerah yang digunakan oleh
warga etnis Madura, baik yang tinggal di Pulau Madura maupun
orang Madura yang berada diluar pulau tersebut.
Kedudukan Bahasa Madura sebagai bahasa daerah yang berfungsi
sebagai lambang kebanggaan daerah, lambang identitas, alat
perhubungan didalam keluarga dan masyarakat daerah.
2
---------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------
3
Jumlah pemakai BM menduduki urutan ke-empat dari 746 bahasa
daerah di Indonesia, yaitu setelah bahasa Jawa, Sunda dan
Melayu.
Sangat disayangkan bila jumlah penutur BM setiap tahunnya
semakin berkurang, khususnya didalam percakapan sehari-hari
diantara Keluarga Besar Djojonegoro.
1. Variasi
2.1. Varasi diaklektik bahasa
Ada empat dialek Madura , yaitu
1). dialek Bangkalan,
2). dialek Pamekasan,
3) dialek Sumenep dan
4). dialek Kangean.
Dialek-dialek atau logat tersebut masing-masing dikenal dengan adanya cirri-ciri pada :
a). perbedaan pemakaian kata, dan
b). perbedaan pengucapan dan intonasi
Orang-orang Madura di Bangkalan berbahasa Madura menggunakan dialek Bangkalan. Perbedaan yang dapat dikenali dari BM dialek Bangkalan adalah dipakainya kata lo’ (tidak) dan kakéh (kamu), sebagai pengganti ta’ (tidak) dan ba’na (kamu) pada dialek Pamekasan/Sumenep
2.2 Variasi tingkat tutur berbahasa.
Tingkat tutur kata sebagaimana pada bahasa Jawa ada 3 tingkat ,
a) “Ngoko” , bhasa kasar (enjâ’-iyâ = bukan –iya) , [ei]
b) “Krama” (engghi-ènten) [eè] dan
c) “Krama inggil” bhasa alos . (èngghi-bhunten) , [èb]
2.3 Tulisan dan pembacaan
Pada buku-buku berbahasa Madura terbitan setelah tahun 1972 sudah dimulai penyesuaikan tulisan dengan Ejaan Yang disempurnakan (EYD).
Kemudian pada tahun 2004 diterbitkan Pedoman Ejaan Bahasa Madura, oleh Balai Bahasa Surabaya.
3
----------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------
4
Kemudian pada tahun 2004 diterbitkan Pedoman Ejaan Bahasa Madura, oleh Balai Bahasa Surabaya.
Oleh Balai Bahasa Surabaya ini, abja-abjad yang digunakan adalah sebagai daftar dibawah ini, dengan contoh ucapan/pemakaian sebagai berikut :
Huruf vokal
No
|
Huruf
|
Contoh ucapan
|
1
|
a
|
alos-halus; sala-salah, tapay-tape
|
2
|
â
|
bârâ-bengkak; dârâ-darah; jhâte-jati
|
3
|
è
|
èntar-pergi; sèsèk-iris; talè-tali
|
4
|
e
|
Eppa’ –ayah ; nèser-kasihan; males-malas
|
5
|
i
|
bila-kapan; jhilâ-lidah; obi-ubi
|
6
|
o
|
Olo’-panggil; colo’-mulut; pao-mangga
|
7
|
u
|
Paju-laku; dumpa-tumpah
|
Contoh-contoh :
Bhâsa Mâdurâ sè paling alos dâri Songènnèp
Bahasa Madura yang paling halus dari Sumenep
Sokona Brudin ghi’ bârâ, bân makalowar dârâ
Kakinya Brudin masih bengkak dan mengeluarkan darah
Sengko’ èntar-a mellè talè
Saya pergi mau beli tali
Tang Eppa’ nyamana Abdoelmutallib
Bapak saya namnya Abdoemoetallib
Jhilâ-na Komodo bâdâ raconna.
Lidah Komodo ada racunnya
Tolong olo’ aghi taksi
Tolong panggilkan taksi
Jha’ bânyak colo’
Jangan banyak mulut
4
-------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------
5
Sengko’ ajuâlân durin ghi’ ta’ paju
Saya berjualan durian belum laku
Abjad abjad yang digunakan untuk konsonan pada kata,
adalah sebagai daftar dibawah ini.
Huruf konsonan
No
|
Huruf
|
Contoh ucapan
|
1
|
b
|
bârâ-bengkak; lobâr-usai; sabâb-sebab
|
2
|
c
|
camkèm-dagu; moncar-terbit
|
3
|
d
|
dâno-setan; dhibi’-diri; dhunnya-harta
|
4
|
f
|
fakèr-fakir; fitna-fitnah
|
5
|
g
|
gâmbus-orkes; angga’-angkuh; gole-gulay
|
6
|
h
|
ahèr-akhir; hèsap-penghitungan ; tasbhi-tasbih
|
7
|
j
|
paju-laku; laju-usang; sapajâ-supaya
|
8
|
k
|
korang-kurang; sakè’-sakit; otek-otak
|
9
|
l
|
larang-mahal; malo-malu; bhântal-bantal
|
10
|
m
|
marè-sudah; ambu-berhenti; dhalem-dalam
|
11
|
n
|
nèser-kasihan; pènang-pinang; sekken-kukuh
|
12
|
p
|
perèng-piring; opa-upah; kèlap-petir
|
13
|
q
|
qur’an-quran; infaq-infaq
|
14
|
r
|
rammè-ranau-I; sarè-cari; kasor-kasur
|
15
|
s
|
sèyang-siang; moso-musuh; bherras-beras
|
16
|
t
|
tèkos-tikus; matta-mentah; sèsèt-capung
|
17
|
v
|
vitamin-vitamin; revolusi-revolusi
|
18
|
w
|
wâjib-wajib; towa-tua
|
19
|
y
|
rèya-ini; sèyang-siang
|
20
|
z
|
zakat-zakat; mu’jizat-mukjisat
|
Contoh-contoh .
Pestana la lobar
Pestnya sudah usai
Mataarè moncar dari tèmor
Matahari terbit dari timur
Jha’ mèkèrè dunya bhai
Jangan memikirkan harta saja
5
----------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------
6
Brudin korang ngakan daddi sakè’
Brudin kurang makan jadi sakit
Melè bhântal è toko larang .
Beli bantal di toko mahal
Brudin tokang fitnah
Brudin tukang fitnah
Pestana bâdâ gambus-a
Pertanya ada orkesnya
Ahèr pasa è terosaghi bhân telasân
Setelah puasa diteruskan dengan lebaran
Kalambhi sopajâ ta’ lekas laju èsasa bhân sabun cap Djojo
Pakaian agar tidak lekas usang dicuci dengan sabun cap Djojo
Sèpurra ambu è Semarang
Kereta apinya berhenti di Semarang
Nèser ongghu orèng ta’ andi’
Kasihan benar orang yang tidak punya
Mon ojân banya’ kèlap
Bila hujan banyak petir
Bherras satèya larang
Beras sekarang mahal
Pèstana cè’ rammè-na
Pestanya sangat ramai
Brudin la bisa maca qur’an
Brudin sudah bisa membaca Qur’an
è saba banyak tèkos bhan sèsèt
Disawah banyak tikus dan capung
6
-----------------------------------------------------------------------------------------------
7
Sopajâ sèhat mon ngakan ètambhâi vitamin
Supaya sehat kalau makan ditambah vitamin
Orèng Islam wajib abèri’ zakat
Orang Islam wajib zakat
Mon sèyang bâdâ mataarè
Bila siang ada matahari
Mudah-mudahan dengan adanya daftar abjad dan beberapa contoh-contoh diatas, tantarètan sadâjâ bisa membaca dan mengucapkan dari tulisan-tulisan BM yang ada dengan baik.
Memang diperlukan kesungguhan dan kesabaran dan latihan
III. BELAJAR BAHASA MADURA
Belajar bahasa akan lebih mudah dan cepat bila kita berada dalam lingkungan/daerah dimana kita akan belajar . Mereka yang berdomisili di Jawa Timur akan lebih mudah dan cepat ber BM. Dengan demikian perbendaharakan kata, penyusunan kalimat, intonasi d dan dialek akan lebih cepat kita ingat dan dipraktekkan.
Belajar lewat buku, maka usaha untuk mengerti dan bisa berbicara
berbahasa, memerlukan kemauan, waktu (agak lama) dan
latihan.
Hal ini berlaku juga kalau kita akan belajar Bahasa Madura .
Tuntunan dalam tulisan ini, hanya sekedar sebuah
pengatnart praktis untuk belajar ber BM bagi Keluarga Besar
Djojonegoro khususnya ditujukan kepada para Eselon II
(keponakan) dan Eselon III (cucu).
1. Tingkat tutur berbahasa.
Tingkat tutur kata yang akan dipakai dalam tulisan ini adalah tingkat “ngoko”: enja’-iya (ei), ”karma” ba’na-sèngko’ (eè) dan “krana inggil” engghi-bhunten (èb).
1.1 Tutur kata “ngoko” (ei), dikatakan dari orang tuwa ke anak-anaknya, atau diantara anak-anak , dan antara teman-teman yang sudah akrab.
-----------------------------------------------------------------------------------------
8
10.
9
2.2
Tutur kata bhâsâ alos (“krama inggil”) (èb) ,
Sedangkan tutur kata ènggi-bhunten
dipakai pada tutur kata seseorang kepada atasan atau
kepada
orang yang lebih tuwa dan sangat dihormati.
Contoh.
Junan dhâlem ba’ari bâdâ tamoyya
Anda kemarin ada tamunya
1. Pemakaian
Dalam tulisan ini, akan lebih banyak
dipakai tingkat tutur
BM enja’-iya, ba’na-sèngko’ (ei “ngoko”)
dan engghi-
ènten.(eè, krama) disebabkan
dalam hubugan sosial, tingkat
tutur kata inilah yang
digunakan didalam limgkungan
Keluarga Besar Djonegoro, mengingat jumlah populasi
Eselon II dan III nya.
2.
Kata ganti orang.
Dalam BM kata ganti nama orang dapat diuraikan sebagai
berikut.
3.1 Orang yang
berbicara.
èngko’/sèngko’,
bulâ, kaulâ, bâdhân kaulâ, abdhina, abdhi dhâlem.
Contoh:
Engkok
èntarra ka pasar (saya mau pergi ke
pasar).
kata engko’ bisa diganti dengan kata sèngko’, bulâ, kaulâ, bâdhân kaulâ, abdhina,
abdhi dhâlem.
3.2. Terhadap orang yang diajak bicara
bâ’na, sèdhâ,
kakèh, dhibi’na, dhika, empèyan/sampèyan, padhâna, penjennenganpada
panjennengan, padhâ dhalem, junan dhâlem/ajunan dhâlem.
Contoh:
Ba’na èntarra
ka pasar (kamu mau pergi ke pasar).
Kata ba’na bisa
diganti dengan kata: sèdhâ, kakèh, dhibi’na,
dhika, empèyan/sampèyan.
9
-----------------------------------------------------------------------------------------
Sedangkan untuk kata padhâna, penjennengan, padhâ
panjennengan, padhâ
dhalem, junan dhâlem/ajunan dhâlem,
karena bhâsa
alos kalimat akan menjadi:
Padhâna miyosa
(pergi) ka pasar
Anda (bpk/ibu) akan pergi ke pasar
3.3. Terhadap orang yang
dibicarakan .
aba’na.
salèrana, pangkatta/titella orèng, panjenenngan
Contoh:
Aba’na datâng dâri kaèmma
?
Anda adatang dari mana ?
1.
Bilangan.
Penulisan dan pengucapan bilangan dalam BM adalah
sebagai berikut:
4.1. Satuan sebagai dasar bilangan..
ennol, sèttong, duwâ’, tello’ empa’, lèma’ ennem, pètto’
bâllu’, sanga’, sapolo.
Nol, satu,
dua,tiga…….delapan, sembilan, sepuluh
Dalam keadaan
terburu-buru, bilangan diatas bisa terucapkan;
- tong (sa) - nem
- wâ -
to’
- lo’ -
lu’
- pa’ - nga’
- ma’
Pemakaian angka dasar bilangan
a. dibelakang barang yang dijelaskan
-
mejâ duâ
- sapè empa’
b. didepan barang yang
diterangkan
- pettong polo
- lema’ jhina ( sa jhina
= 11 biji)
c. Tertentu banyaknya
- sanga’ ballu’
- pèttong polo
10
----------------------------------------------------------------------------------------
11
12
d. Tidak tertentu banyaknya
- pan-bârâmpan (beberapa)
- li-bâliân (berkali-kali)
e. Menerangkan banyaknya orang
- orèng kasapolo
- pandhi kaemmpa’ (pandhi –
pandai besi)
- se aloko kalèma’
f. Pengkalian
- sakalèan
- dukalè ( du - dua)
g. Ke ..
- kappèng sèttong
- kappèng ennem
h. Urutan
- ghân duwâ’
- ghân tello’
4.2. Puluhan
sapolo, dupolo, tellopolo, pa’polo, saèket,
sabidhâk,
pèttongpolo,
bâllungpolo, sangangpolo,
sepuluh,duapuh, tigapuluh,tigapuluh, empat
puluh, limapuluh,
enampuluh, tujuhpuluh, delapanpuluh, sembilanpuluh.
Ucapan
untuk rincian puluhan dan sampai duapuluh adalah
sebagai berikut:
sabellâs, dubelâs, tellobellâs, empa’bellâs, lèmabellâs,
ennembellâs, pèttobellâs, bâllubellâs’ sangabellâs, dupolo.
Sebelas,
duabelas, tigabelas…….sembilanbelas, duapuluh.
Duapuluh sampai
tigapuluh :
salèkor, dulèkor, tellolèkor, empa’lèkor, sagemi’ ,
ennemlèkor, pèttolèkor, bâllulèkor sangalèkor, telopolo.
Duapuluhsatu,
duapuluh dua, duapulutiga,
duapuluhempat, duapuluh
lima, …….tigapulu
11
----------------------------------------------------------------------------
Selanjutnya
rincian ucapan bilangan setelah angka 30
sampai
angka 39 menjadi:
telopolo sèttong, telopolo duwâ’, telopolo tello’, telopolo
empa’, telopolo lèma’, telopolo ennem, telopolo pètto’
telopolo bâllu’,
telopolo sanga’, pa’polo.
Dikecualikan lagi untuk bilangan saèket
dan sabidhâk
(limapuluh dan enampuluh) menjadi:
saèketsettong dan seterusnya
sabidhâk sèttong, dan seterusnya…
4.3. Ratusan
saratos. duratos, telloratos,
pa’ratos, saèket, sabidhâk,
pèttongngatos, bâllungatos, sangangatos,
seratus,
duaratus, tigaratus… delapanratus,
sembilan ratus.
4.4. Ribuan
saèbu, duèbu, telloèbu, pa’èbu, lima’èbu. ennemèbu,
pèttongèbu, bâllungèbu, sangangèbu
seribu,
duaribu, tigaribu…….delapanribu, sembilanribu.
4.5. Pecahan.
Dibawah
angka pembilang cukup di beri kata per baru
ditulis
bilangan
penyebutnya,
Contoh-contoh :
50/77 : saeket per pèttongpolo pètto’
60/87 : sabida’ per
bâllungpolo pètto’
32 : telopolo duwâ’
55 : saèket lema’
67 : sabhidâ’ennem
101 : saratos sèttong
154 : saratos saèket empa’
167 : saratos sabidhâk pètto’
872 : bâllungatos pèttongpolo duwa’
1042 : saèbu pa’
polo duwâ’
2918 : duèbu
sangangatos bâllubelâs
½ : sa per duwâ’, satenga
¾ : tello’
per empa’
12
-------------------------------------------------------------------------------------
13